Thursday, January 29, 2009

BECOME A STRANGER

Saya tidak pernah bermimpi untuk hidup jauh dari keluarga, dan menetap di Sri Lanka menjadi orang asing di negara pulau kecil yang masih mempertahankan adat istiadat dan kebudayaannya yang unik.

Ada pepatah mengatakan “ Lain ladang lain ilalang “

Tepatnya pada tanggal 19 Agustus, dini hari kami sekeluarga mendarat di Bandarnaike International Air Port, Sri lanka. Ini merupakan kunjungan yang pertama bagi saya dan putri kami, si Kecil ke Sri Lanka. Pada waktu itu si Kecil, yang baru berumur 2 tahun 8 bulan, sementara si Kecil tertidur pulas digendongan. Sambil menunggu suami, yang sedang sibuk mengurus urusan imigrasi dan bagasi kami. Saya mulai memandang sekeliling saya…terasa jauh berbeda dengan Indonesia, semua nampak berbeda dan asing bagi saya.

Malam itu udara terasa cukup panas walaupun angin berhembus cukup kencang, pada waktu itu tiba-tiba saya mulai menyadari, kedatangan saya bukan hanya sekedar untuk berlibur, tetapi untuk menetap…….for good!


Walaupun keluarga saya terutama bapak, merasa sangat keberatan dengan keputusan saya untuk menetap di Sri Lanka. Mengingat ethnic conflict yang sedang berlangsung di Sri Lanka, tetapi setelah melalui banyak pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk hidup mendampingi suami saya yang berasal dari Sri Lanka….karena biar bagaimanapun tempat yang terbaik untuk seorang istri adalah di sisi suaminya.


Setelah semua urusan selesai, maka kamipun melanjutkan perjalanan dengan taxi , menuju ke rumah sewaan kami. Dalam perjalanan kami sempat beberapa kali distop untuk diperiksa oleh tentara-tentara yang bertugas di Check point. Pada waktu saya memandang keluar melalui jendela taxi yang kami tumpangi. Ditengah kegelapan saya melihat tentara-tentara yang sedang bertugas dengan membawa senjata, seakan-akan senjata itu siap untuk ditembakan. Hati saya sempat merasa takut, melihat pemandangan seperti itu……seakan-akan seperti sedang berada di film- film perang yang pernah saya tonton di gedung-gedung bioskop, maupun di televisi. Walaupun suami saya sudah menjelaskan kepada saya, segala sesuatunya tentang situasi keamanan di negaranya dan saya sudah mempersiapkan mental untuk itu…..tetapi tetap saja hati saya merasa ketar ketir.


Keesokan harinya, pada waktu saya terbangun dari tidur. Saya merasa terkejut, seperti sedang bermimpi, mendengar bunyi suara di sekeliling saya yang tidak dapat saya mengerti . Kemudian saya tersadar bahwa saya sekarang berada di Sri Lanka, negara yang masih asing buat saya. Si Kecilpun waktu terbangun, kelihatan bingung dan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan, seperti kita ada dimana? Kenapa kita ada di sini? Ini rumah siapa?….etc ! Kami berusaha menjelaskan kepada si Kecil, tentang keberadaan kami dengan bahasa sederhana yang dapat dia mengerti.

Rumah sewaan kami hanyalah sebuah pavilion kecil dengan satu kamar tidur, ruang tamu kecil dan ruang makan yang merangkap dengan dapur…..keadaan ini membuat si Kecil merasa kurang bahagia…..karena dia tidak mempunyai tempat bermain seperti yang ada di rumah kami di Indonesia…..si Kecil harus kehilangan teman bermain dan juga harus menghadapi bahasa yang berbeda yang tidak dapat dimengertinya.

Si Kecil yang merasa bingung dengan bahasa yang berbeda, karena dia merasa tidak dapat mengerti bahasa orang-orang yang berada di sekitarnya, maka si Kecil mulai mengoceh dengan bahasa yang tidak karu-karuan, yang dia ciptakan sendiri, kami menyebutnya “Bahasa Dewa “ hi hi hi.

Pada hari pertama kami di Sri lanka, pemilik rumah mengundang kami untuk makan siang di rumah mereka. Mengingat kami yang baru tiba, belum mempunyai apa-apa untuk dimasak, sudah barang tentu undangan tersebut, kami terima dengan senang hati.

Kebiasaan mereka makan siang setelah jam satu siang…….sedangkan saya biasa makan siang sekitar jam 12.00 siang, dan perbedaan waktu antara Sri lanka dengan Indonesia adalah satu setengah jam lebih awal. Jadi bisa dibayangkan betapa laparnya kami waktu itu!

Jam 1.30 mereka baru memanggil kami untuk datang ke rumah induk tempat mereka tinggal. Ternyata mereka tidak langsung mempersilahkan kami makan, mereka mengajak kami ngobrol ngalor-ngidul, tentunya dengan bahasa Ingris yang tidak dapat saya mengerti dengan baik, mengingat bahasa Ingris saya yang masih belepotan. Saya hanya mengangguk dan tersenyum, sementara perut sudah mulai meminta diisi. Tiba-tiba istrinya keluar dengan membawa segelas air putih diatas nampan.

Melihat itu saya pikir “ Wah orang sudah lapar kok….malah cuma disajikan air putih dan kenapa cuma satu gelas….apa kami harus minum bersama-sama dari gelas yang sama….!?!”

Suami saya langsung berbicara dengan berbisik kepada saya, tentunya dengan bahasa Indonesia “ Jangan diminum, sentuh saja nampan nya!”

Saya semakin bingung mendengar perkataan suami saya, tetapi walaupun demikian saya tetap melakukannya sambil memandang kepada suami dengan raut muka penuh pertanyaan.

Ternyata, itu merupakan kebudayaan di Sri lanka, sebagai undangan dari tuan rumah, kepada tamunya untuk menikmati hidangan ! Wah kalau tidak diberi tahu, oleh suami mungkin saya akan mengambil gelas tersebut dan meminum airnya.

Ini merupakan pelajaran pertama untuk saya……membuat saya tersadar bahwa saya adalah orang asing….pendatang…stranger !!!

Keluarga dari suami, orangtua dan saudara-saudaranya bertempat tinggal di luar kota, tepatnya di Ratnapura 92 km dari Colombo sekitar dua jam perjalanan, dari tempat kami bermukim.

Setelah satu minggu kedatangan kami di Sri Lanka, kami pergi mengunjungi keluarga suami di Ratnapura. Ini adalah merupakan pertemuan yang pertama untuk saya dan si Kecil dengan anggota keluarga suami.

Sebelum berangkat suami sudah memberitahu tentang adat istiadat mereka. Bahwa kami harus memberi hormat pada ibu dan bapak mertua dengan cara bersujud atau sungkem. Itu merupakan adat istiadat mereka, anak- anak setiap kali akan bepergian atau baru datang harus memberi hormat kepada mereka yang dianggap lebih tua. Kemudian orang tua(yang lebih tua) akan memberikan blessing.

Semua anggota keluarga terdekat , sudah ber kumpul untuk menyembut kedatangan kami, dari mertua adik ipar dan keponakan2 ……mereka sudah menanti – nanti kedatangan kami dengan antusias…. Mereka sudah tidak sabar, ingin melihat kami yang selama ini hanya dikenal melalui foto, terutama si Kecil, dan tentunya juga ibu si kecil,…….. sang menantu perempuan he he he.

Begitu mobil yang kami tumpangi memasuki halaman kami sudah diserbu oleh mereka, belum lagi saya menginjakan sebelah kaki saya ketanah, si Kecil sudah direbut digendong dan diciumi bergantian, untung putri kami bukan termasuk anak yang cengeng, kalo anak lain mungkin sudah ber teriak-teriak nangis !!! Karena secara tiba2 dipeluki dan diciumi oleh orang yang belum dikenal.

Wong saya saja, sampai kesima, maksudnya kaget ! Tiba-tiba dipeluki bergantian sambil diciumi……sambutan yang sangat berkesan. Walaupun saya tidak bisa berkomunikasi dengan lancer, dikarenakan mereka tidak semua bisa berbahasa Ingris, terutama bapak dan ibu mertua. Sehingga komunikasi kami lebih banyak menggunakan bahasa gerak dan saya selalu meminta suami untuk tidak jauh-jauh dari saya…..karena dia yang bertugas menjadi penterjemah…..he he he.

Kemudian mulai dengan acara sungkeman, untung suami anak tertua jadi saya hanya memberi sungkem kepada bapak dan ibu mertua saja. Ada kejadian yang cukup membuat saya shock dan merasa terharu, sebelum kami pulang……. gedubrak...wah apa ini itu lho, tiba-tiba semua adik-adiknya dengan keponakan memberi sungkem kepada saya secara bersamaan.....! oh… alah.. wong, belum pernah disungkemi, bagaimana ini? untung suami ber ada didekat saya, dia benar-benar menjadi juru penyelamat saya dalam situasi seperti ini.

Kata suami, dalam bahasa Indonesia. “ Sentuh saja bahu mereka satu persatu !” setelah disentuh mereka baru berdiri , kalau tidak bagaimana ya ???

Ternyata banyak hal yang masih harus saya pelajari, mengenai adat istiadat mereka dan yang terlebih penting adalah bahasa mereka untuk berkomunikasi…..saya merasa benar-benar mejadi orang asing, di antara keluarga suami.

Belum lagi dua bulan kami di Srilanka, suami harus menghadiri workshop di Bangkok selama dua minggu.

Suami dengan enaknya, hanya berkata "Saya sibuk sekali, ini uang kamu pergi pergi belanja sendiri kepasar!"

Aduh.... mak bagaimana mau belanja sendiri, wong ngomong aja enggak bisa !!!! Kebetulan dekat rumah ada pasar kecil, yah lumayan komplit juga, tetapi saya belum pernah berbelanja ke sana.

Dengan memberanikan diri, saya dengan si Kecil pergi kepasar tersebut, untuk berbelanja ternyata sesampainya dipasar, orang-orang cuma melihat kepada kami dengan bengong dan hanya nonton kami berdua, tidak ada yang menawarkan barang dagangannya. Mungkin mereka ber pikir “ Orang apa ini ???” kami benar-benar merasa seperti alien.

Akhirnya kami berdua, cuma keliling pasar itu dan pulang kembali kerumah tampa membeli apa-apa.
Sesampainya di rumah, sayapun mulai berpikir bagaimana caranya untuk berbelanja….karena tidak mungkin kami hidup tampa makanan selama dua minggu.

Kebetulan di rumah ada buku kamus kecil English – Singhala. Sayapun membaca kamus tersebut…… kalau how much itu.....kiyede, seperempat kilo ...desiapanahai .

Dengan beberbekal dua kata itu, keesokan harinya kami kembali kepasar, dengan penuh percaya diri kami mampir ke salah satu penjual sayur mayur.

Kemudian saya tunjuk buncis, lalu penjual itu bertanya kepada saya, sambil memandang saya dengan pandangan yang penuh tanda tanya. “ Bounci !” nah gue tahu deh namanya si buncis itu bounci.

“Desiapanahai”, kata saya.....lalu saya tunjuk yang lainnya........ kemudian saya tanya penjualnya, “Kiyede?”

Lalu dia jawab ……….. karena saya tidak mengerti dia bilang apa !(soalnya belum belajar nilai uang he he he!) agar mudah, saya kasih saja uangnya dan uang kembalinya saya ambil, selesai!

Wah, saya merasa senang sekali, karena berarti saya sudah lulus test pelajaran lainnya. ……. sudah bisa belanja, biar setengah pake bahasa Tarzan.

Menjadi orang asing …….ternyata tidak mudah, tetapi memberikan arti tersendiri dalam kehidupan saya, begitu banyak hal-hal baru yang harus dipelajari . Untuk itu saya terus belajar menyesuaikan diri….sampai saat ini saya masih terus belajar.

11 comments:

that's life said...

Hello, lucu ceritanya. Saya orang sunda Indonesia nikah sama orang Yordania, temen sekolah zaman baheula. Tinggal di Amman Jordan, check my blog, perhaps we can share our funny experiences living abroad.

Harapan Rahmat Illahi said...

hampir sama jalan ceritanya sist...
anyway ...happy ending juga........

nice share....

Alin said...

wah si teteh...ceritanya bener2 lucu...doji

Unknown said...

Teh, boleh minta emailnya gak... pengen tanya-tanya nih :D

Syanti said...

Sorry baru baca.. Karena banyak kesibukan. Email saya rsyanti55@gmail.com

Syanti said...

Sorry baru baca.. Karena banyak kesibukan. Email saya rsyanti55@gmail.com

Unknown said...

Salam mba, masih dalam kesibukan apa saja di sri lanka mba..
Salam kenal yaa

Syanti said...

Salam kenal lagi, sekarang menikmati masa pensiun bersama suami

Syanti said...

Salam kenal lagi, sekarang menikmati masa pensiun bersama suami

Suresehan said...

Saya senang banget bacanya mba ^^

Unknown said...

Ceritanya menarik