Thursday, January 29, 2009

BECOME A STRANGER

Saya tidak pernah bermimpi untuk hidup jauh dari keluarga, dan menetap di Sri Lanka menjadi orang asing di negara pulau kecil yang masih mempertahankan adat istiadat dan kebudayaannya yang unik.

Ada pepatah mengatakan “ Lain ladang lain ilalang “

Tepatnya pada tanggal 19 Agustus, dini hari kami sekeluarga mendarat di Bandarnaike International Air Port, Sri lanka. Ini merupakan kunjungan yang pertama bagi saya dan putri kami, si Kecil ke Sri Lanka. Pada waktu itu si Kecil, yang baru berumur 2 tahun 8 bulan, sementara si Kecil tertidur pulas digendongan. Sambil menunggu suami, yang sedang sibuk mengurus urusan imigrasi dan bagasi kami. Saya mulai memandang sekeliling saya…terasa jauh berbeda dengan Indonesia, semua nampak berbeda dan asing bagi saya.

Malam itu udara terasa cukup panas walaupun angin berhembus cukup kencang, pada waktu itu tiba-tiba saya mulai menyadari, kedatangan saya bukan hanya sekedar untuk berlibur, tetapi untuk menetap…….for good!


Walaupun keluarga saya terutama bapak, merasa sangat keberatan dengan keputusan saya untuk menetap di Sri Lanka. Mengingat ethnic conflict yang sedang berlangsung di Sri Lanka, tetapi setelah melalui banyak pertimbangan, akhirnya saya memutuskan untuk hidup mendampingi suami saya yang berasal dari Sri Lanka….karena biar bagaimanapun tempat yang terbaik untuk seorang istri adalah di sisi suaminya.


Setelah semua urusan selesai, maka kamipun melanjutkan perjalanan dengan taxi , menuju ke rumah sewaan kami. Dalam perjalanan kami sempat beberapa kali distop untuk diperiksa oleh tentara-tentara yang bertugas di Check point. Pada waktu saya memandang keluar melalui jendela taxi yang kami tumpangi. Ditengah kegelapan saya melihat tentara-tentara yang sedang bertugas dengan membawa senjata, seakan-akan senjata itu siap untuk ditembakan. Hati saya sempat merasa takut, melihat pemandangan seperti itu……seakan-akan seperti sedang berada di film- film perang yang pernah saya tonton di gedung-gedung bioskop, maupun di televisi. Walaupun suami saya sudah menjelaskan kepada saya, segala sesuatunya tentang situasi keamanan di negaranya dan saya sudah mempersiapkan mental untuk itu…..tetapi tetap saja hati saya merasa ketar ketir.


Keesokan harinya, pada waktu saya terbangun dari tidur. Saya merasa terkejut, seperti sedang bermimpi, mendengar bunyi suara di sekeliling saya yang tidak dapat saya mengerti . Kemudian saya tersadar bahwa saya sekarang berada di Sri Lanka, negara yang masih asing buat saya. Si Kecilpun waktu terbangun, kelihatan bingung dan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan, seperti kita ada dimana? Kenapa kita ada di sini? Ini rumah siapa?….etc ! Kami berusaha menjelaskan kepada si Kecil, tentang keberadaan kami dengan bahasa sederhana yang dapat dia mengerti.

Rumah sewaan kami hanyalah sebuah pavilion kecil dengan satu kamar tidur, ruang tamu kecil dan ruang makan yang merangkap dengan dapur…..keadaan ini membuat si Kecil merasa kurang bahagia…..karena dia tidak mempunyai tempat bermain seperti yang ada di rumah kami di Indonesia…..si Kecil harus kehilangan teman bermain dan juga harus menghadapi bahasa yang berbeda yang tidak dapat dimengertinya.

Si Kecil yang merasa bingung dengan bahasa yang berbeda, karena dia merasa tidak dapat mengerti bahasa orang-orang yang berada di sekitarnya, maka si Kecil mulai mengoceh dengan bahasa yang tidak karu-karuan, yang dia ciptakan sendiri, kami menyebutnya “Bahasa Dewa “ hi hi hi.

Pada hari pertama kami di Sri lanka, pemilik rumah mengundang kami untuk makan siang di rumah mereka. Mengingat kami yang baru tiba, belum mempunyai apa-apa untuk dimasak, sudah barang tentu undangan tersebut, kami terima dengan senang hati.

Kebiasaan mereka makan siang setelah jam satu siang…….sedangkan saya biasa makan siang sekitar jam 12.00 siang, dan perbedaan waktu antara Sri lanka dengan Indonesia adalah satu setengah jam lebih awal. Jadi bisa dibayangkan betapa laparnya kami waktu itu!

Jam 1.30 mereka baru memanggil kami untuk datang ke rumah induk tempat mereka tinggal. Ternyata mereka tidak langsung mempersilahkan kami makan, mereka mengajak kami ngobrol ngalor-ngidul, tentunya dengan bahasa Ingris yang tidak dapat saya mengerti dengan baik, mengingat bahasa Ingris saya yang masih belepotan. Saya hanya mengangguk dan tersenyum, sementara perut sudah mulai meminta diisi. Tiba-tiba istrinya keluar dengan membawa segelas air putih diatas nampan.

Melihat itu saya pikir “ Wah orang sudah lapar kok….malah cuma disajikan air putih dan kenapa cuma satu gelas….apa kami harus minum bersama-sama dari gelas yang sama….!?!”

Suami saya langsung berbicara dengan berbisik kepada saya, tentunya dengan bahasa Indonesia “ Jangan diminum, sentuh saja nampan nya!”

Saya semakin bingung mendengar perkataan suami saya, tetapi walaupun demikian saya tetap melakukannya sambil memandang kepada suami dengan raut muka penuh pertanyaan.

Ternyata, itu merupakan kebudayaan di Sri lanka, sebagai undangan dari tuan rumah, kepada tamunya untuk menikmati hidangan ! Wah kalau tidak diberi tahu, oleh suami mungkin saya akan mengambil gelas tersebut dan meminum airnya.

Ini merupakan pelajaran pertama untuk saya……membuat saya tersadar bahwa saya adalah orang asing….pendatang…stranger !!!

Keluarga dari suami, orangtua dan saudara-saudaranya bertempat tinggal di luar kota, tepatnya di Ratnapura 92 km dari Colombo sekitar dua jam perjalanan, dari tempat kami bermukim.

Setelah satu minggu kedatangan kami di Sri Lanka, kami pergi mengunjungi keluarga suami di Ratnapura. Ini adalah merupakan pertemuan yang pertama untuk saya dan si Kecil dengan anggota keluarga suami.

Sebelum berangkat suami sudah memberitahu tentang adat istiadat mereka. Bahwa kami harus memberi hormat pada ibu dan bapak mertua dengan cara bersujud atau sungkem. Itu merupakan adat istiadat mereka, anak- anak setiap kali akan bepergian atau baru datang harus memberi hormat kepada mereka yang dianggap lebih tua. Kemudian orang tua(yang lebih tua) akan memberikan blessing.

Semua anggota keluarga terdekat , sudah ber kumpul untuk menyembut kedatangan kami, dari mertua adik ipar dan keponakan2 ……mereka sudah menanti – nanti kedatangan kami dengan antusias…. Mereka sudah tidak sabar, ingin melihat kami yang selama ini hanya dikenal melalui foto, terutama si Kecil, dan tentunya juga ibu si kecil,…….. sang menantu perempuan he he he.

Begitu mobil yang kami tumpangi memasuki halaman kami sudah diserbu oleh mereka, belum lagi saya menginjakan sebelah kaki saya ketanah, si Kecil sudah direbut digendong dan diciumi bergantian, untung putri kami bukan termasuk anak yang cengeng, kalo anak lain mungkin sudah ber teriak-teriak nangis !!! Karena secara tiba2 dipeluki dan diciumi oleh orang yang belum dikenal.

Wong saya saja, sampai kesima, maksudnya kaget ! Tiba-tiba dipeluki bergantian sambil diciumi……sambutan yang sangat berkesan. Walaupun saya tidak bisa berkomunikasi dengan lancer, dikarenakan mereka tidak semua bisa berbahasa Ingris, terutama bapak dan ibu mertua. Sehingga komunikasi kami lebih banyak menggunakan bahasa gerak dan saya selalu meminta suami untuk tidak jauh-jauh dari saya…..karena dia yang bertugas menjadi penterjemah…..he he he.

Kemudian mulai dengan acara sungkeman, untung suami anak tertua jadi saya hanya memberi sungkem kepada bapak dan ibu mertua saja. Ada kejadian yang cukup membuat saya shock dan merasa terharu, sebelum kami pulang……. gedubrak...wah apa ini itu lho, tiba-tiba semua adik-adiknya dengan keponakan memberi sungkem kepada saya secara bersamaan.....! oh… alah.. wong, belum pernah disungkemi, bagaimana ini? untung suami ber ada didekat saya, dia benar-benar menjadi juru penyelamat saya dalam situasi seperti ini.

Kata suami, dalam bahasa Indonesia. “ Sentuh saja bahu mereka satu persatu !” setelah disentuh mereka baru berdiri , kalau tidak bagaimana ya ???

Ternyata banyak hal yang masih harus saya pelajari, mengenai adat istiadat mereka dan yang terlebih penting adalah bahasa mereka untuk berkomunikasi…..saya merasa benar-benar mejadi orang asing, di antara keluarga suami.

Belum lagi dua bulan kami di Srilanka, suami harus menghadiri workshop di Bangkok selama dua minggu.

Suami dengan enaknya, hanya berkata "Saya sibuk sekali, ini uang kamu pergi pergi belanja sendiri kepasar!"

Aduh.... mak bagaimana mau belanja sendiri, wong ngomong aja enggak bisa !!!! Kebetulan dekat rumah ada pasar kecil, yah lumayan komplit juga, tetapi saya belum pernah berbelanja ke sana.

Dengan memberanikan diri, saya dengan si Kecil pergi kepasar tersebut, untuk berbelanja ternyata sesampainya dipasar, orang-orang cuma melihat kepada kami dengan bengong dan hanya nonton kami berdua, tidak ada yang menawarkan barang dagangannya. Mungkin mereka ber pikir “ Orang apa ini ???” kami benar-benar merasa seperti alien.

Akhirnya kami berdua, cuma keliling pasar itu dan pulang kembali kerumah tampa membeli apa-apa.
Sesampainya di rumah, sayapun mulai berpikir bagaimana caranya untuk berbelanja….karena tidak mungkin kami hidup tampa makanan selama dua minggu.

Kebetulan di rumah ada buku kamus kecil English – Singhala. Sayapun membaca kamus tersebut…… kalau how much itu.....kiyede, seperempat kilo ...desiapanahai .

Dengan beberbekal dua kata itu, keesokan harinya kami kembali kepasar, dengan penuh percaya diri kami mampir ke salah satu penjual sayur mayur.

Kemudian saya tunjuk buncis, lalu penjual itu bertanya kepada saya, sambil memandang saya dengan pandangan yang penuh tanda tanya. “ Bounci !” nah gue tahu deh namanya si buncis itu bounci.

“Desiapanahai”, kata saya.....lalu saya tunjuk yang lainnya........ kemudian saya tanya penjualnya, “Kiyede?”

Lalu dia jawab ……….. karena saya tidak mengerti dia bilang apa !(soalnya belum belajar nilai uang he he he!) agar mudah, saya kasih saja uangnya dan uang kembalinya saya ambil, selesai!

Wah, saya merasa senang sekali, karena berarti saya sudah lulus test pelajaran lainnya. ……. sudah bisa belanja, biar setengah pake bahasa Tarzan.

Menjadi orang asing …….ternyata tidak mudah, tetapi memberikan arti tersendiri dalam kehidupan saya, begitu banyak hal-hal baru yang harus dipelajari . Untuk itu saya terus belajar menyesuaikan diri….sampai saat ini saya masih terus belajar.

Thursday, January 22, 2009

PERCINTAAN YANG MENGHEUBOHKAN !!!


Srilanka adalah negara pulau kecil, yang penduduknya masih mempertahankan kebudayaan dan tradisinya dengan kuat. Sebetulnya negri ini sangat indah, dengan pantainya yang menakjubkan dan keunikan kebudayaannya. Tetapi sayang negri ini dilanda ethnic conflict yang berkepanjangan antara pemerintah Srilanka yang dikuasai oleh mayoritas Singhala people dan Tamil Rebel atau LTTE, sejak th1983 hingga sekarang.

Pertama kali saya mendengar nama Ceylon ( nama Srilanka sebelum th 1970 ) waktu dikelas 5 SD dipelajaran Ilmu Bumi Dunia, bahwa ibukota Cylon adalah Colombo, tapi tidak pernah terpikir atau bermimpi akan kesasar dan nyangkut di Srilanka !!!
Sebetulnya keluarga merasa keberatan dengan kepergian kami ini, mengingat situasi di Srilanka yang sedang dilanda conflict.

Apalagi teman-teman dekat, banyak yang memberi komentar dengan nada negative,

" enggak salah tuh, disanakan lagi perang ! mau ngapaiin loe disana ? kehidupan loekan sudah mapan punya pekerjaan , punya rumah sendiri " ……dan lain-lain bla-bla !

Mungkin kalau kami perginya ke Europa atau ke America pokoknya negara lain yang lebih maju Singgapore kek, mungkin reaksi mereka lain,

"Aduh nasib loe bagus ya ! bisa pindah keluar negri".

Tetapi kok, ini malah keSrilanka Negara yang jauh lebih tertinggal dari Indonesia.

Akan tetapi mau bagaimana lagi, tempat seorang istri adalah di sisi suaminyai.

Ke gurun kau ikut....ke kutup kau turut..... cinta !!! lagu dari Titiek Puspa, yang pernah sangat popula. ( makan... deh tuh cinta…!!! )

Sebetulnya pertamanya saya hanya merasa seneng bila bertemu dan ngobrol dengan dia, karena sering terjadi kelucuan. Terutama bila dia berbicarara dengan bahasa Indonesia yang masih belepotan, sehingga sering membuat saya tertawa terpingkal-pingkal.

Tetapi wah,lama kelamaan kok, perasaan saya jadi jadi lain kepadanya !!! membuat saya selalu ingin bertemu dengannya.
Hal tersebut membuat teman-teman kost dan teman dekat pada heboh ! dan reaksi mereka sangat mengejutkan, " he, apa enggak salah tuh ?" padahal waktu itu kita belum pacaran, tetapi mereka sudah pada ribut duluan, ya seperti yang saya tulis diatas itu kalau dia itu bule atau Japan , Singgapore kek mungkin reaksi mereka tidak seperti itu.

Lebih heboh lagi pada waktu orang tua mengetahui mengenai hubungan kami(karena saya study diluarkota) Hal tersbut membuat bapak terkejut………sampai bapak minta tolong kepada pendeta untuk menasehati saya, wah pokoknya banyak nasehat ini dan itu......sampai sakit kuping deh .

Saya rasa setiap orang tua pasti akan bersikap seperti itu, karena mereka tidak tahu siapa laki2 ini ? bagaimana keluarganya?asal usulnya? atau siapa tahu dia sudah berkeluarga.... dsb !

Sebetulnya sayapun sudah menyadari, bahwa kami ini begitu berbeda dalam banyak hal, secara logikanya sih, tidak mungkin kita bisa bersatu ! Dikarenakan kami berbeda bangsa, agama, adat istiadat ...dsb!
Hampir setiap orang yang melihat kami berdua akan nengok dua kali, dikarenakan penampilan kami yang berbeda….yang satu tinggi kurus dengan warna kulit agak gelap, sedangkan yang satu lagi….pendek gemuk berwarna kulit agak terang……. ! Tetapi asyik juga menjadi pusat perhatian….he he he.
Entah kenapa walaupun semua pada ribut tetapi saya bersikap cuek ….tidak perduli. Karena pada kenyataannya ……… pada semua perbedaan itu saya menemukan, sesuatu yang selama ini saya cari, ada dalam dirinya. Seperti ada suatu ikatan yang tidak dapat saya ungkapkan dengan kata2 saya merasa bahagia dan aman bila bersamanya.......Duh romantisnya……… wah kok jadi puitis ya !

Kami tidak pernah membicarakan masalah pernikahan dan segala perbedaan diantara kami, karena kami sama2 menyadari secara logika impossible bagi kami untuk bersatu !

"jadi ngapaiin dong!" kata teman2 saya ……… cuma buang-buang waktu, mengingat umur saya yang sudah bukan remaja lagi bukan waktunya hanya sekedar main2 !
Setelah dua tahun tugasnya di Indonesia telah selesai, maka diapun harus pulang ke Srilanka. Tetapi pada waktu itu kami sama-sama tidak berani mengambil keputusan, saya tidak mau menikah tampa restu orang tua, sedangkan diapun masih belum tahu bagaimana situasi dinegaranya, karena pada waktu itu baru terjadi ethnic conflict dan juga bagaimana pendapat keluarganya.

Akhirnya dia pulang, without any commitment !!! Digantung deh......emang enak .....setelah setahun berhubungan jarak jauh,waktu itu belum ada internet apalagi yang namanya hand phone,jadi enggak ada tuh yang namanya email atau sms. Komunikasi kami hanya melalui surat -menyurat, kadang bisa sebulan baru dapat berita.

Menghadapi situasi yang tidak menentu, membuat saya mengambil keputusan untuk mengakhiri semuanya. Diikarenakan umur semakin bertambah dan tidak ada kepastian, walaupun dengan hati sedih, saya menulis surat kepada dia

" Sudah deh, daripada seperti ini……..please kamu lupakan saya dan cari wanita lain yang sesuai disana, sayapun akan melupakan kamu !”
Aduh sedih dan hancur rasanya hati ini….hiks hiks.

Tetapi ternyata tidak sampe enam bulan ………kami sudah tidak kuat lagi menahan kerinduan kami. Walaupun secara logika tidak mungkin, tetapi cinta kami begitu kuat……..cinta adalah perasaan, ternyata cinta kami yang lebih menang !!

Akhirnya kami merencanakan untuk menikah, setelah tiga tahun berpisah kamipun menikah. Orang tua dan keluarga yang selama ini menentang hubungan kami. Setelah melihat kegigihan kami akhirnya mereka merestui merestui pernikahan kami.

Di hari minggu yang cerah, sambil bergandengan tangan, kami mengucapkan janji setia ………Bersatu dalam kasih dalam pernikahan yang Kudus……..untuk tetap bersama baik dalam waktu suka maupun duka …… Amin !!!!

Friday, January 9, 2009

“SUAMIKU SAYANG, SUAMIKU MALANG”

Pada suatu hari, putri kami bertanya " Mama kenapa mama nenikah dengan papa ? " suatu pertanyaan yang aneh, saya pikir anak ini ada-ada aja pertanyaannya. " ya, karena cintalah.... emang kenapa ?" saya jawab dengan jujur dan balik bertanya. " Because both of you so different " kata putri kami, sambil berlalu ke kamarnya.

Setelah dia pergi, saya jadi merenung, rupanya selama ini dia memperhatikan kedua orangtuanya. Memang kami berdua begitu berbeda, baik dalam penampilan maupun sikap dan kebiasaan kami, walaupun tidak semuanya setidak-tidaknya ada juga persamaan sikap kami dalam beberapa hal.

Suamiku, sayangku, belahan jiwaku, sifatnya sangat pendiam cenderung intovert kalau tidak ditanya, jangan harap mau cerita, apalagi yang menyangkut masalah pribadi, wow......jangan harap deh, kecuali dengan saya istrinya itu juga nanyanya pake trick-trick tertentu. Sedangkan saya, aduh cerewetnya kalau enggak ngomong bisa sakit deh..... dan sifat saya sangat terbuka, bahkan cenderung suka ikut campur. Kalau dengar orang punya masalah, kalau bisa maunya nolongin..... sok jadi pahlawan ( padahal yang ditolongnya belum tentu berterima kasih ) bahkan ada beberapa orang yang cenderung "memanfaatkan " kebaikan saya.

Suamiku sayangku, belahan jiwaku, orangnya perfect, semuanya harus bagus dan sempurna, biar mahal tidak apa2 pokoknya harus bagus. Makanya sulit kalau memilih sesuatu, yang ini beginilah yang itu begitulah, kalau saya sih maunya yang murah meriah he he he..... dan itu lho ...rajin sekali bersih-bersih, semua yang dianggap tidak terpakai main buang , biasanya saya yang teriak-teriak, "hey, hey..... itu mama perlu !" ( kadang-kadang sampai ribut deh ) segala sesuatu harus kembali ketempatnya, pokoknya harus bersih...kalau perlu stril, he he he. Sedangkan saya ambaradul..... aduh mak....kalau bisa semua disimpan, ampun deh, dirumah kalau tidak ada sayangku, mungkin rumah kami sudah seperti tempat penampungan sampah. he he he !

Tetapi justru melalui semua perbedaan tersebut, kami saling mengisi kekurangan dan kelebihan kami masing-masing. Kan namanya juga belahan jiwa, jadi harus seimbang dong.....! kalau dua-duanya sama-sama bersih nanti rumahnya kayak kamar operasi !!! Ada satu faktor lain yang lebih penting yaitu "cinta" yang mempersatukan kami. Buktinya sekarang sudah 21 tahun lebih kami menikah..... dan keluarga kami termasuk keluarga yang berbahagia.... ceilah...enggak nyombong nih ye....!ya kalau ribut sih pasti pernah namanya suami istri, tetapi hanya sebagai bumbu hidup berumah tangga. Hal lainnya, sayangku, belahan jiwaku, tidak pernah mengungkit-ungkit kesalahan orang lain dan tidak pernah menuntut orang lain agar mengikuti keinginannya, juga tidak pernah peiri-iri dalam pekerjaan, kalau bisa dia kerjakan sendiri dia kerjakan malah cenderung untuk selalu membantu. Sehingga membuat orang lain sangat tergantung padanya ( kayak narkoba aja !) baik dirumah maupun di kantor. Saya banyak belajar darinya

Tadi sore, sepulang dari kantor belahan jiwa complaint. "Bagaimana sih, mama tidak lihat, tadi pagi papa pergi kerja tidak pakai dasi ! " mendengar dia mengerutu seperti itu, "lha....kok bisa ? ha ha ha..."saya tidak dapat menahan tawa saya.. Padahal pagi itu sebelum dia berankat ke kantor " Jadi lalu bagaimana, hari ini tidak pake dasi dong ? enggak apa-apalah sekali-sekali !" kata saya masih sambil tertawa. " Pake...beli ketoko didekat kantor " jawabnya .

Saya jadi merenungi kejadian tersebut, sebagai istri betapa kurang perhatiannya. Saya tidak pernah mempersiapkan keperluan suami, seperti pakaian hanya kadang-kadang dia minta tolong dicarikan warna dasi yang cocok, tetapi yang lainnya dia selalu mengerjakan sendiri. Oh suamiku sayang, suamiku malang.

Saya jadi teringat kejadian beberapa tahun yang lalu, belahan jiwa ada conference di Pakistan. Seperti biasa sebelum berangkat dia mempersiapkan segala sesuatunya, saya juga ikut bantu-bantu lho.....tapi eh setelah dia berangkat baru ketahuan tas kecil, yang berisi perangkap perang tertinggal....maksudnya peralatan seperi pisau cukur cream, sikat gigi dan obat-obatan seperti panadol, aspirin dan obat sakit perut.Terpaksa deh, setibanya di Pakistan sebelum ke hotel shopping dulu......!Kembali saya merenung, sebagi istri tentunya itu adalah tugas saya untuk mengecek segala sesuatunya sebelum dia berangkat. Oh suamiku sayang, suamiku malang.

Sore itu dia begitu sibuk mempersiapkan segala sesuatunya, karena akan berangkat keluar kota besok paginya ada workshop " mama mana kaos kaki saya yang warna biru ?" tanyanya " enggak tahu dimana, pake yang hitam aja sih ! " jawab saya . Seperti biasa kalau baju biru, kauskaki juga harus biru, namanya orang yang segala seuatunya harus sempurna ( perfect) sayapun sibuk mencari kauskaki, untung akhirnya ketemu. Tak lama kemudian mobil kantorpun datang menjemputnya dan diapun berangkat....bye..bye...

Beberapa jam kemudian waktu saya beres-beres kamar, saya lihat ada kantong plastik, waktu saya lihat isinya....minta ampun isinya sepatu !!! saya lihat ke rak sepatu ternyata sepatunya yang lain ada disitu. Berarti dia pergi tampa membawa sepatu.... bagaimana besok workshop masa pake sandal....oh bahaya ini !!! saya langsung menelepon ke mobile phonenya, memberitahu kalau sepatunya tertinggal dirumah, ternyata sudah jauh dan tidak mungkin kembali kerumah lagi. Keesokan harinya terpaksa pagi-pagi sudah nangkring di toko sepatu, untuk beli sepatu baru.

Sebetulnya memang dia memerlukan sepatu baru, beberapa minggu sebelumnya, kami sudah keliling-keliling kebeberapa toko untuk membeli sepatu, tetapi tidak ada yang cocok. Karena memang sifatnya yang perfect sulit sekali kalau ingin membeli sesuatu, tetapi kali ini suka atau tidak dia harus membelinya.

Begitu juga dengan jam tangan, karena jam tangannya sudah rusak, kami mencari penggantinya yang baru, setelah berkeliling toko, tetapi tidak ada yang cocok. Pokoknya cape deh... susah sekali kalau mau membeli sesuatu, tetapi saya terbiasa dengan sifatnya yang satu ini ( pertama-tama sih suka dongkol ). Akhirnya dia memutuskan untuk tidak memakai jam tangan, dengan alasan di kantor ada jam dan di mobil juga ada jam ( bukan mobil pribadi lho.... mobil kantor ! pegawai negri bagaimana bisa punya mobil sendiri ) Tetapi pada waktu dia bertugas di India, ternyata di kamar hotel tidak ada jam dan di taxi juga tidak ada jam.... masa setiap kali harus menanyakan jam ke orang lain. lalu diapun memutuskan untuk membeli jam tangan disana, tampa banyak pertimbangan ....soalnya sudah kepepet, sampai sekarang dia masih mengenakan jam tangan tersebut. ( mungkin dulu waktu cari istri juga seperti itu barangkali ya......! tapi dapatnya bagus kok !!!) ya begitulah suamiku sayang, suamiku malang.